- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pendidikan anak dalam keluarga bersifat istimewa dan utama. Karena keluarga adalah pengalaman pertama bagi seorang anak.
Apabila orangtua tidak berperan secara optimal dalam mendidik, akan muncul berbagai masalah dalam kehidupan anak, seperti;
- Terjerumus pergaulan yang salah
- Emosi labil
- Tidak memiliki tujuan hidup atau cita-cita
- Malas beraktivitas
- Menentang dan membantah orangtua
- Performa belajar menurun
- Tidak berprestasi
- Sering berkhayal, tapi tak bisa membuat plan untuk mewujudkannya
- Perilaku seks menyimpang (menyukai sesama jenis/seks bebas)
- Melakukan tindak kekerasan
Itu merupakan 10 masalah paling umum yang dialami oleh anak-anak kita.
Apabila dirinci lagi, maka halaman ini akan penuh dengan masalah anak yang bisa membuat orangtua pesimis dalam proses pengasuhan.
Guna menghindari masalah tersebut dan untuk menguatkan sikap optimis orangtua dalam mendidik anaknya, maka Anda perlu memahami konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga.
>> Sedang Menimbang Homeschooling untuk Pendidikan Anak? Ikuti Pelatihan Homeschooling klik Banner di Bawah Ini <<
Dalam tulisan ini, kita akan belajar mengenai;
- Pengertian Pendidikan Anak dalam Keluarga
- Tujuan Pendidikan Anak dalam Keluarga
- Peran Orangtua dalam Perkembangan Anak
- Metode Pendidikan Anak dalam Keluarga
Ki Hadjar Dewantara pernah berkata . .
“Lawan sastra ngesti mulya”
Artinya, dengan ilmu kita menuju kemuliaan.
Bersama dengan ilmu dari pendidikan yang diberikan orangtua kepada anak, maka kehidupannya akan terangkat.
Ia akan tumbuh menjadi pribadi berkarakter.
Karena anak yang disayangi orangtua, akan balik menyayangi orangtuanya.
Anak yang kehadirannya dinantikan, akan membalas penghargaan itu dengan kasih sayang dan rasa rindu untuk kedua orangtuanya.
Anak yang dididik dengan kebaikan, akan menyebarkan kebaikan untuk lingkungannya.
1. Pengertian Pendidikan Anak dalam Keluarga
Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan manusia secara bertahap sesuai dengan karakter, usia, minat, bakat, jenis kelamin, serta tingkat kecerdasan yang dimiliki.
Sedangkan, kita mengenal anak sebagai manusia yang masih dalam tahap perkembangan mulai dari bayi hingga masa pubertas.
Orangtua Bijak Indonesia . .
Meskipun Anda adalah penanggung jawab utama dalam proses pendidikan, bukan berarti proses ini berlangsung searah.
Bukan berarti Anda bisa mendominasi, tidak mengindahkan respon anak dan tidak melakukan evaluasi terhadap perilaku anak.
Justru, Anda membutuhkan feedback dari anak untuk introspeksi diri dan menelaah pola asuh yang Anda terapkan.
Sehingga, pengetahuan Anda terus terbaharui guna mendukung tumbuh kembang anak.
Dalam suatu riwayat, Nabi Muhammad SAW mendapat pertanyaan dari seorang umat . .
“Katakan kepada saya ya Rasulullah: Apakah anak mempunyai hak seperti hak kita (orang tua) kepada mereka?”
Nabi SAW menjawab, “Ya, hak anak atas bapaknya adalah mengajarkan tulis, renang, memanah dan mewarisinya dengan hal yang baik”
4 hal inilah yang perlu Anda ajarkan kepada anak.
Tapi, perlu Anda ketahui bahwa 4 hal diatas bisa diartikan secara tersirat maupun tersurat.
Makna luasnya adalah;
- Menulis berarti mengajarkan ilmu pengetahuan
- Berenang dan memanah berarti lingkungan alam adalah ‘sekolah’ yang tepat bagi anak untuk menimba ilmu.
- Mewarisi hal baik berarti orangtua wajib menanamkan prinsip kebaikan sebagai dasar sifat dan sikap anak.
Jadi, pengertian pendidikan anak dalam keluarga adalah upaya mendewasakan manusia sejak lahir hingga masa pubertas agar tumbuh dengan baik secara mental, fisik dan emosional.
2. Tujuan Pendidikan Anak dalam Keluarga
Pendidikan anak bukan datang tanpa perintah.
Pendidikan anak dalam keluarga Islam dijelaskan Allah SWT melalui Al Quran.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. 66:6)
Ayat ini menggambarkan bahwa pendidikan itu dimulai dari rumah.
Suami dan istri harus saling membantu menciptakan suasana harmonis dalam keluarga, menunjukkan kebaikan kepada anak melalui perilaku positif dan saling menjaga agar terhindar dari keburukan.
Banyak orangtua yang tidak membekali diri dengan pengetahuan mendidik anak sesuai ajaran Al Quran dan Sunah.
Banyak orangtua yang sadar bahwa ia memiliki kekurangan, tapi malas memperbaiki diri dengan ilmu.
Banyak orangtua yang tidak melakukan evaluasi saat mengasuh.
Sehingga . .
tumbuhlah anak dengan fisik sehat nan bugar, tapi tidak diimbangi dengan kondisi mental, emosi dan spiritual yang optimal.
Dalam ayat tersebut, secara langsung Tuhan menyebutkan bahwa tujuan pendidikan anak di dalam keluarga adalah untuk menciptakan manusia yang taqwa kepada Allah SWT.
Dengan senantiasa introspeksi, kita akan melihat berbagai kekurangan dalam diri.
Kesempatan untuk mengetahui kekurangan dalam diri akan memunculkan keinginan untuk memperbaikinya.
Sehingga, muncullah sikap gemar meningkatkan nilai diri dengan cara memperluas ilmu.
Dengan tujuan-tujuan itu, diharapkan keluarga bisa melahirkan manusia yang taqwa kepada Allah SWT.
Karena taqwa adalah kunci dari kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ketaqwaan mengingatkan kita pada potensi yang sudah Tuhan berikan.
3. Peran Orangtua dalam Perkembangan Anak
Bayi yang baru lahir memang tidak mengerti apa-apa.
Tapi, Tuhan telah menitipkan potensi dahsyat di dalam diri kita yang tak dimiliki oleh makhluk manapun.
Pendengaran, penglihatan, dan pikiran adalah potensi dasar yang apabila dikembangkan dengan tepat, kita mampu menjadi manusia yang mulia.
Di sinilah peran orangtua berlaku.
Yakni, mendidik keturunannya dengan sebaik-baik cara agar potensi fitrah yang telah Tuhan berikan tidak terbuang sia-sia.
Berikut contoh peranan keluarga dalam pendidikan anak.
1. Menunjukkan perilaku positif
Anak-anak tidak melihat orangtuanya melalui kata-kata, melainkan perilaku.
Inilah penyebab utama anak kita sulit berubah menjadi lebih baik.
Karena orangtua menganggap, memberikan nasihat saja sudah cukup.
Kita lupa bahwa mereka adalah cerminan diri kita.
Sebagaimana orangtuanya, ya begitulah anaknya.
Jadi, contohkan kebaikan pada anak melalui perilaku kita sehari-hari.
2. Mencurahkan perhatian dan kasih sayang
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah rasa dicintai dan dihargai.
Dengan melimpahkan perhatian dan kasih sayang pada anak, maka kebutuhan dasar mereka akan terpenuhi.
Ketiadaan cinta mampu membunuh manusia lebih cepat daripada kuman.
Karena tanpa cinta, kita merasa tak dianggap dan tak dibutuhkan.
Inilah penyebab utama gangguan mental pada manusia yang selanjutnya juga akan menggerogoti fisik.
3. Menjalankan fungsi pendidik
Tidak hanya sebatas melahirkan dan menyediakan sandang pangan.
Orangtua wajib memberikan pendidikan untuk anaknya agar tumbuh menjadi manusia berkualitas.
Pendidikan ini meliputi, pengetahuan umum, penanaman nilai-nilai moral, keagamaan, hubungan sosial dengan manusia lainnya, mengajarkan kebudayaan dan adat istiadat.
Intinya, pendidikan yang Anda sediakan bagi anak harus mampu menjadi bekal bagi mereka untuk bertahan dan berproses dalam hidup.
4. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
Agar terhindar dari pengaruh negatif, orangtua wajib menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman dalam proses perkembangan anak.
Misalnya, menyediakan lingkungan fisik yang sehat agar tubuh anak tumbuh secara optimal.
Dan, menghadirkan situasi kebersamaan yang berkualitas dengan sesama anggota keluarga untuk mendukung aspek sosial dan psikologi anak.
Fungsi keluarga dalam pendidikan anak ini harus Anda jalankan sejak anak masih di dalam kandungan.
4. Metode Pendidikan Anak dalam Keluarga
Metode adalah alat yang Anda gunakan untuk mencapai sebuah tujuan.
Kaitannya dengan pendidikan anak dalam lingkungan keluarga, ada beberapa metode yang bisa dimanfaatkan.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam terdapat 8 metode pendidikan anak dalam keluarga.
Berikut penjelasan detilnya.
1. Metode Keteladanan
Perilaku memiliki kekuatan 2x lebih besar daripada kata-kata.
Jadi, sangat penting bagi orangtua untuk menampilkan perilaku positif baik di rumah maupun di luar rumah.
Karena membiasakan perilaku positif untuk diri sendiri sama dengan memberikan pendidikan kebaikan pada anak.
Orangtua sering mengeluhkan sikap anaknya yang bandel dan suka membantah.
Cobalah untuk introspeksi diri.
Nasihat yang tidak masuk biasanya disebabkan oleh orangtua yang tidak menyeimbangkan ucapan dengan tindakan.
2. Metode Pembiasaan
Di dunia entertainment, kita sering melihat iklan produk tertentu diulang sampai 3x.
Tahukah Anda, apa fungsi dari pengulangan tersebut?
Ya . .
Pengulangan bertujuan untuk memperkuat daya ingat Anda tentang suatu produk.
Sama dengan metode pembiasaan ini.
Agar pendidikan yang diterima anak tertanam secara otomatis, maka Anda perlu menjadikannya sebagai kebiasaan.
Cara paling mudah untuk menjadikan perilaku sebagai kebiasaan adalah dengan melakukannya secara teratur.
3. Metode Nasihat
Anak-anak kita bukannya tidak suka dengan nasihat.
Orangtua saja yang belum tahu cara tepat untuk memberikan nasihat.
Misalnya, saat anak melakukan kesalahan, Anda biasanya langsung menyalahkan dan menyudutkan anak.
“Kamu sih kalau dikasih tahu nggak mau dengar”
Kebiasaan ini akan memblock komunikasi Anda dengan anak.
Berikanlah nasihat saat ia sudah tenang.
Dekati pelan-pelan dan ciptakan kenyamanan terlebih dahulu.
Saat kenyamanan itu tercipta, anak pasti mau berbicara dengan Anda.
Jika ia masih diam, artinya Anda belum bisa memberikan kenyamanan bagi mereka.
4. Metode Latihan dan Praktik
Kebiasaan baik yang Anda ajarkan tidak bisa membuat anak berubah dalam sekali waktu.
Anda harus bersabar dan konsisten dalam mencontohkan kebaikan.
Jadi, metode yang paling tepat untuk ini adalah terus melatih anak untuk praktik.
5. Metode Perintah dan Larangan
Orangtua harus menetapkan aturan yang jelas untuk anaknya.
Anda harus memberitahu anak, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak bisa dilakukan.
Supaya aturan ini berhasil ditaati, Anda harus melibatkan anak dalam membuat aturan.
Larangan apa yang memberatkannya atau perintah apa yang sulit dipatuhi.
Tanpa diskusi dengan anak, tanpa penjelasan kenapa Anda melarangnya melakukan ini dan itu, anak hanya akan mengalami kebingungan.
6. Metode Penghargaan dan Hukuman
Saat aturan sudah ditetapkan melalui diskusi dengan anak, selanjutnya adalah waktu bagi mereka untuk berlatih mentaatinya.
Anak memang tidak bisa berubah dalam sekali waktu.
Namun, bukan berarti Anda bisa meloloskan mereka saat melakukan kesalahan.
Inilah fungsi dari metode penghargaan dan hukuman.
Dukung, kuatkan dan puji anak saat ia berhasil mentaati aturan keluarga.
Berikan hukuman untuk membuat anak jera dan menyadari kesalahannya.
7. Metode Mendongeng
Anak-anak paling suka dibacakan dongeng atau mendengarkan kisah.
Anda bisa manfaatkan metode mendongeng untuk menanamkan prinsip kebaikan pada anak.
Bacakanlah kisah para nabi dan rasul.
Kemudian ceritakan pada anak-anak bahwa kebaikan para nabi dan rasul ini harus kita terapkan di dunia.
8. Metode Mengambil Hikmah dari Suatu Kondisi
Setiap kesalahan yang anak lakukan, itu adalah pembelajaran nyata bagi mereka.
Tanpa adanya kesalahan, justru anak tidak akan mengenal mana hal yang benar.
Jadi, manfaatkan kesalahan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Jika memungkinkan, orangtua pun bisa berbagi kesalahan yang telah diperbuat dan menjadikannya sebagai pembelajaran bersama-sama.
Namun, jarang ada orangtua yang berani mengakui kesalahannya.
Banyak diantara kita yang malu dan gengsi untuk menunjukkan kesalahan ataupun kekurangan.
Selamat! Sekarang Anda sudah memahami dasar-dasar pendidikan anak di lingkungan keluarga.
Tapi, ini baru teorinya saja.
Untuk bisa menciptakan kondisi harmonis dalam keluarga dan agar tujuan pendidikan anak ini terwujud, Anda harus praktik dengan mengikuti langkah-langkah yang ada pada bab berikutnya.
BAB 2 Membangun Keharmonisan Kakak dan Adik Keluarga harmonis adalah impian kita. Ianya bukan hanya milik suami dan istri. Tapi, milik semua anggota keluarga; antara orangtua dan anak, juga sesama saudara kandung; kakak dan adik. |
BAB 3 Belajar Menjadi Orangtua yang Bijaksana Orangtua bijaksana adalah mereka yang memahami perannya dan mampu membuat visi dalam mengasuh serta mendidik anak-anaknya. Pelajari bab ini sebagai bahan refleksi pengasuhan Anda. |
Komentar
Posting Komentar