Postingan Unggulan

Plays.Org, Surganya Game Edukasi untuk Anak

Duh, Itu 'titit'nya Jangan Dipakai Mainan!


cara menghilangkan kebiasaan anak memegang kemaluan

Cara menghilangkan kebiasaan anak memegang kemaluan – Sering melihat anak Anda memegang kemaluan, bahkan memainkannya seolah-olah merasakan kenikmatan tertentu?

Jika ya, mungkin Anda merasa sebal dan ingin segera menampik tangan anak supaya ia tak mengulanginya.

Itu memalukan, apalagi jika anak melakukannya di tempat umum.

Lalu, bagaimana cara menghilangkan kebiasaan anak memegang kemaluan ini?

Apakah ada cara efektif supaya anak paham kalau ini kebiasaan buruk?

Orangtua bijak Indonesia . .

tidak perlu khawatir terhadap hal ini. Ketika Anda melihat anak-anak mulai memegang dan memainkan alat kelaminnya, itu bukan berarti mereka sedang melakukan masturbasi.

Mereka belum memahami konsep seksual.

Saat itu, anak-anak sedang memasuki fase Phalic yang juga dilewati oleh hampir semua anak-anak.

Menurut Sigmund Freud . .

kepribadian terbentuk melalui serangkaian tahapan yang dilalui di masa kanak-kanak. Teorinya disebut dengan Psikoseksual.

Apabila tahap-tahap dalam psikoseksual ini dilalui dengan sukses, maka anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat.

Sebelum kita membahas bagaimana cara menghilangkan kebiasaan anak memegang kemaluan, berikut kami lampirkan 4 fase Psikoseksual yang dilewati manusia.

Melalui pengetahuan ini, Anda bisa mengetahui apa yang sedang terjadi pada anak Anda dan mampu memberikan feedback tepat terhadap sikap mereka.

1. Fase Oral (usia 0 – 1 tahun)

Sumber utama kenikmatan bayi didapatkan dari mulutnya, entah itu puting payudara ibu atau dari botol susu.

Jadi, sangat penting untuk memerhatikan kebiasaan bayi pada tahap ini.

Mereka belajar tentang kenyamanan, keamanan dan kepuasan melalui stimulasi oral.

Baca juga, 25 Pertanyaan Anak tentang Seks dan Cara Menjawabnya

Kegagalan dalam tahap ini, misalnya karena anak tidak mendapatkan kepuasan terhadap rangsangan oral, bisa mengakibatkan kebiasaan buruk hingga dewasa, seperti kebiasaan makan dan minum yang berlebihan, kebiasaan menggigit kuku atau penghapus hingga merokok.

2. Fase Anal (usia 1 – 3 tahun)

Pada fase anal, fokus utama orangtua adalah mengajari anak tentang pengendalian kandung kemih dan buang air besar.

Ya, mereka belajar tentang pengendalian kebutuhan tubuhnya.

Apabila berhasil dalam fase ini, dampak positifnya adalah anak memahami kemandirian dan tanggung jawab.

Pendekatan yang bisa Anda lakukan adalah mengenalkan anak pada toilet training.

Ajarkan mereka bagaimana cara membiasakan buang air kecil di kamar mandi, menghindarkan anak dari kebiasaan ngompol dan penggunaan popok.

Terlalu ketat atau keras dalam fase ini, bisa menumbuhkan sikap kaku dan keras kepala kepada anak.

Terlalu santai hingga anak terbiasa pipis sembarangan dan mudah ngompol, bisa menumbuhkan sikap boros dan ketidakteraturan dalam hidup anak.

Tapi, jika Anda berhasil dalam melaksanakan fase ini, anak akan tumbuh menjadi dewasa yang produktif karena terbiasa mandiri dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan tubuhnya.

3. Fase Phalic (usia 3 – 6 tahun)

Pada fase ini, anak-anak menganggap kenikmatan terbesar ada pada alat kelaminnya.

Inilah yang terjadi pada anak yang suka memegang dan memainkan alat kelamin.

Tidak hanya itu, Freud juga menambahkan bahwa di fase ini anak-anak cenderung mencari rasa kasih sayang dari orangtua berlawanan jenis.

Anak perempuan merasa iri dengan ibunya dan ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari ayahnya.

Sedangkan, anak laki-laki tidak suka apabila sang ayah memiliki ibunya sepenuhnya.

Contoh kegagalan dalam menangani masalah pada fase ini adalah lesbian pada perempuan atau homoseksual pada laki-laki.

4. Fase Latent (usia 6 – 13 tahun)

Pada usia ini, seharusnya anak sudah tak lagi memegang dan memainkan alat kelaminnya.

Karena fokusnya mulai bergeser pada hal-hal yang bersifat nonseksual, seperti ketrampilan, intelektual dan hubungan dengan teman sebaya.

Oleh karena itu, Anda disarankan untuk mengeksplorasi kemampuan berpikir dan sosialnya karena anak menjadi lebih mudah dalam mempelajari sesuatu dibandingkan sebelum dan sesudah masa ini.

5. Fase Genital (usia 13 – dewasa)

Fase ini berlangsung hingga seseorang dewasa dan tutup usia.

Pada masa awal, hasrat seksual muncul kembali dan merupakan hasil dari pengolahan pada fase oral, anal, phalic dan latent.

Seperti Anda ketahui, remaja akan coba-coba untuk mendekati lawan jenisnya.

Namun, masih ada rasa malu di sana. Sehingga, terjadilah cinta yang biasa disebut dengan cinta monyet.

Memaklumi Kebiasaan Anak

Bagaimana? Sekarang, Anda menjadi lebih tenang bukan?

Bahwa hampir semua anak melewati fase Phalic dimana mereka suka memegang dan memainkan alat kelaminnya.

Karena ini adalah sebuah kewajaran, maka sikap pengertian perlu Anda tonjolkan.

Tidak perlu terlalu keras melarang dan jangan terlalu ringan menanggapi. Karena bukan tidak mungkin anak akan memamerkan aksinya di depan umum.

Supaya anak paham bahwa ini adalah kebiasaan yang kurang pantas ditunjukkan di hadapan banyak orang, hindari untuk menampik tangan anak tanpa penjelasan verbal.

Menampik tangan anak dengan tujuan untuk menghentikan sikapnya, hanya akan membuat anak kebingungan.

Apa yang salah denganku? Apa yang salah dengan yang aku lakukan?

Kurang lebih seperti itu pikiran anak Anda.

Tanpa penjelasan, anak tidak akan mengerti kesalahannya.

Jadi, kemungkinan besar ia akan mengulangi kebiasaannya.

Saat Anda melihat anak mulai memegang alat kelaminnya, cobalah untuk mendekatinya.

Alihkan perhatian anak dengan cara positif, misalnya mengajak bermain atau berbicara.

Gunakan cara pengalihan yang nyata namun halus hingga anak tidak sadar bahwa Anda sedang mencoba menghentikan ‘tangan nakalnya’.

Orangtua yang belum paham tentang tahap Psikoseksual manusia, mungkin akan melepaskan kemarahannya saat melihat sang anak memainkan kelamin.

Hindarilah untuk memarahi anak.

Karena emosi marah hanya akan menutup akses komunikasi Anda dan anak.

Justru, anak akan semakin penasaran menggerayangi kelaminnya secara sembunyi-sembunyi.

Cara menghilangkan kebiasaan anak memegang kemaluan juga tidak bisa dilakukan dengan mempermalukan anak.

Adik, jangan pegang ‘burungnya’. Itu dilihat kakak lho, hi malu ah!

Mempermalukan anak di depan banyak orang dengan ungkapan seperti contoh hanya akan menurunkan harga diri anak.

Solusinya, Anda bisa mengajak anak untuk mengenali bagian tubuhnya.

Mulai dari menjelaskan nama-nama organ tubuh, fungsinya serta cara menjaga kebersihannya.

Adik, ini namanya penis. Fungsinya untuk pipis. Penis ini hanya boleh disentuh dan dibersihkan setelah pipis atau pas mandi. Kalau sering dipegang bisa kotor, merah, luka atau lecet.

Kurang lebih seperti itu pengertian yang bisa Anda berikan terkait cara menghilangkan kebiasaan anak memegang kemaluan.

*Catatan:

Saat anak menginjak Fase Latent (Usia 6 – 13 tahun), mereka akan mulai memasuki usia pubertas.

Anda perlu mempersiapkan anak-anak secara khusus karena pubertas merupakan masa peralihan yang mengejutkan.

Mulai dari perubahan fisik, emosi yang sulit terkontrol dan kondisi psikologis yang berubah.

Jika tidak diimbangi dengan bimbingan orangtua, perubahan-perubahan itu bisa direspon anak dengan cara yang salah.

Seperti, mencoba hal-hal baru tanpa menghitung konsekuensinya, terlibat perselisihan, terjerumus dalam pergaulan yang salah dll.

Silahkan baca Tanda Anak Laki-laki Anda Sudah Memasuki Usia Pubertas.



Source link

Komentar