Postingan Unggulan

Plays.Org, Surganya Game Edukasi untuk Anak

Cara Mengatasi Anak yang Suka Mencontek


Bagaimana Cara Mengatasi Anak yang Suka Menyontek?

cara mengatasi anak yang suka mencontek

Pada sebuah kesempatan, kami pernah bertanya kepada beberapa anak yang memiliki kebiasaan menyontek tiap kali ulangan. Mereka mengaku, menyontek adalah hal wajar yang dilakukan semua orang.

Saat ditanya alasan menyontek, mereka menjawab karena ingin membahagiakan orangtuanya.

Jawaban yang membuat para orangtua tercengang.

Memangnya, apa hubungan antara menyontek dengan membahagiakan orangtua?

Polanya seperti ini, apabila seorang siswa mendapat nilai bagus saat tes, maka ia akan naik kelas atau lulus ujian dengan nilai memuaskan.

Nilai memuaskan itulah yang akan diberikan kepada orangtua.

Setelah itu, Anda akan tersenyum lega karena anak mendapat nilai bagus di rapornya.

Dan, anak-anak terhindar dari keluhan atau amarah Anda.

Dengan pemikiran seperti ini, memang benar!

Menyontek adalah salah satu upaya anak untuk membahagiakan orangtuanya.

Melihat kasus ini, menurut Anda siapa yang patut introspeksi diri?

Anak atau orangtua?

Tepat sekali!

Andalah yang harus melihat ke dalam diri Anda.

Bagaimana anak bisa berpikir bahwa menyontek sama dengan membahagiakan orangtuanya?

Penyebabnya adalah Anda yang terlalu mengagung-agungkan nilai akademis.

Sehingga, anak menjadi tertekan dan ingin menampilkan yang terbaik untuk orangtuanya.

Saat anak tak mampu memberikan yang terbaik, sedangkan ekspektasi Anda terhadap nilai akademisnya begitu tinggi, maka Anda akan kecewa dan marah kepada anak.

Tapi, selama ini apakah orangtua peduli terhadap habit anaknya di sekolah?

Apakah Anda peduli dengan antusiasme anak mengikuti proses belajar mengajar di sekolah?

Apakah orangtua pernah bertanya, “ini hasil meniru teman atau murni mengerjakan sendiri?”

Apakah orangtua peduli dan bertanya, “tadi pas istirahat ngapain aja?”

Bukankah yang lebih penting bagi Anda adalah nilai bagus, naik kelas, lulus ujian, sehingga bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah?

Inilah yang membuat pertanyaan Anda tidak lahir dari rasa peduli terhadap emosinya.

“Ada PR atau nggak?”

“Dapat PR apa dari bu guru?”

“Belajar dulu, kerjakan PRnya!”

“Jangan main mulu. Ayo mandi dan berangkat les”

Anda hanya fokus pada kemampuan intelektual anak. Tapi, mengabaikan perasaannya.

Faktor-faktor Penyebab Anak Menyontek

Anda tak pernah peduli dengan kenyamanan anak terhadap sekolahnya.

Karena Anda terlalu fokus pada keberhasilan anak di bidang akademis.

Anda memandang bahwa keberhasilan anak di sekolah akan sangat mempengaruhi kesuksesannya di masa depan.

Padahal, sekolah hanyalah sarana untuk mencapai kesuksesan.

Bukan satu-satunya faktor penentu gemilangnya masa depan.

Ini adalah salah satu bukti bahwa kebiasaan menyontek anak bukan karena pengaruh lingkungan.

Selain pemahaman orangtua yang kurang tepat tentang pencapaian anak di sekolah, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan anak menyontek.

Berikut adalah penjelasan detilnya.

1. Tidak Percaya pada Kemampuan Diri Sendiri

Menyontek adalah kebiasaan yang dipicu oleh ketidakpercayaan anak terhadap kemampuan yang dimiliki.

Mereka menganggap dirinya kurang dalam hal akademis atau mata pelajaran tertentu.

Sehingga, lebih mudah bagi mereka untuk mencari jawaban dari teman daripada menggunakan jawaban sendiri tapi takut salah.

2. Kurangnya Motivasi Belajar

Tidak memiliki motivasi belajar atau bahasa kasarnya malas belajar.

Memungkinkan seorang anak berlaku curang dalam mengerjakan tes atau ulangan.

Baca juga, Penyebab Anak Malas Belajar

Orangtua perlu memahami kenapa anaknya malas belajar. Karena kemalasan yang muncul disebabkan oleh beberapa hal.

Misalnya, hubungan orangtua yang tidak harmonis atau anak tidak memiliki minat pada bidang akademis.

3. Kurang Memahami Materi Pelajaran

Guru yang kurang bertanggung jawab terhadap keberhasilan murid didiknya di sekolah, biasanya menjalankan tugas seadanya.

Mereka tidak maksimal dalam menjalankan profesinya, seperti memberikan penjelasan sekedarnya, tidak menciptakan suasana menyenangkan agar anak bersemangat mengikuti kelasnya atau kondisi nyaman agar anak berani bertanya saat tidak memahami materi tertentu.

Ini juga menjadi penyebab anak ogah-ogahan mengikuti proses belajar mengajar.

Dampaknya, pemahaman anak terhadap materi pada pelajaran tertentu menjadi tidak sempurna.

4. Tidak Memahami Proses, Maunya Serba Instan

Sebagian besar anak-anak kita tidak memahami proses.

Sebagian besar dari mereka tidak pernah diajarkan oleh orangtuanya bahwa untuk mendapatkan nilai sebesar X, kita harus melakukan upaya sebesar Y.

Dampak dari proses pendidikan yang mengabaikan ‘pentingnya proses’ adalah anak tumbuh sebagai pribadi yang kurang bersabar.

Mereka mudah mengeluh untuk tiap tugas yang dilimpahkan. Mereka terlalu cepat meminta imbalan untuk tugas yang diberikan.

Mereka kesulitan melihat ke dalam dirinya dan bertanya . .

Kontribusi apa yang sudah kuberikan?

atau . .

 Pantaskah aku meminta imbalan untuk apa yang telah aku lakukan?

Proses pengasuhan yang mengabaikan pentingnya proses menjadikan anak kita malas berusaha.

Akan lebih mudah baginya untuk mencari jawaban dengan cara instan, yakni menyontek.

Cara Mengatasi Anak yang Suka Mencontek

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab anak menyontek, sekarang Anda jadi tahu apa yang seharusnya diubah.

Bukan menceramahi anak.

Bukan memarahi anak.

Bukan menyarankan anak agar rajin.

Bukan pula mendorong mereka untuk mengikuti kursus berbagai mata pelajaran.

Melainkan, mencoba memahami latar belakang kenapa anak terbiasa menyontek, mengubah pandangan Anda tentang nilai akademis dan memperbaiki kepribadian anak.

Berikut adalah langkah detil terkait cara mengatasi anak yang suka mencontek.

1. Memperbaiki Pandangan Orangtua terhadap Prestasi Akademis

Cara mengatasi anak yang suka mencontek pertama adalah mengubah cara pandang Anda.

Penyebab utama anak suka menyontek adalah tuntutan orangtua yang berlebihan terhadap prestasi akademis.

Karena hal ini, anak menjadi tertekan dan berupaya memberikan yang terbaik bagi orangtuanya meskipun harus menggunakan kecurangan.

Apabila anak tidak mempersembahkan nilai yang baik, orangtua yang merasa sudah bersusah payah membiayai sekolah anak menjadi kecewa dan marah.

Nah, untuk menghindarkan anak dari kebiasaan menyontek, Anda perlu meluruskan pandangan.

Dan, mendiskusikannya dengan anak Anda.

Bahwa nilai akademis memang penting dan akan membantu masa depan anak.

Tetapi, ia bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan dalam hidup.

Dengan menerapkan prinsip ini, Anda akan lebih terbuka dalam menghadapi anak terkait prestasi akademisnya di sekolah.

2. Memberikan Respon Positif pada Anak

Kenapa anak takut kalau nilainya jelek?

Karena mereka ‘ngeri’ melihat respon Anda saat mengetahui buku rapornya penuh warna merah.

Jadi, hindari memberikan respon negatif terhadap nilai anak.

Apabila ia menunjukkan nilai yang kurang memuaskan, tetap tanggapi mereka secara positif dan cari tahu latar belakangnya.

Kenapa anak saya tidak bisa maksimal meraih nilai?

Apakah ia mengalami kendala dalam kegiatan belajar mengajar?

Apakah guru yang mengampu tidak memberikan penjelasan dengan baik?

Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu anak saya?

Tapi, kenyataannya banyak diantara kita yang langsung menghardik, mengancam dan menyalahkan anak.

Misalnya . .

Kamu sih kebanyakan main 

atau . .

Makanya jangan malas belajar

Yang paling parah adalah menyindir kesalahan anak, seperti

Makanya, besok-besok diperbanyak aja main Play Stationnya. Supaya nilainya merah semua.

Sindiran tidak akan berhasil membuat anak sadar terhadap kesalahannya.

Justru sindiran akan menghasilkan luka batin yang bertahan lama hingga anak dewasa.

Anak-anak merasa terhina dengan ucapan Anda. Meskipun maksud Anda adalah ingin menyadarkan mereka.

Satu hal yang perlu Anda ketahui . . . 

Ucapan orangtua terhadap anak memiliki kekuatan dahsyat melebihi palu godam sekalipun.

Jika Anda ingin anak-anak semangat sekolah, meningkatkan performa belajar dan berusaha mengejar prestasi dengan cara yang baik, berusahalah memberikan respon positif berapapun nilai yang ditunjukkan kepada Anda.

3. Menanamkan Nilai Kejujuran dalam diri Anak

Kejujuran menjadi barang langka di negeri kita saat ini.

Jadi, cara mengatasi anak yang suka mencontek selanjutnya adalah menanamkan nilai kejujuran sedini mungkin.

Berikanlah penjelasan bahwa nilai akademis bukan satu-satunya penentu gemilangnya masa depan.

Yang paling penting adalah moral yang baik.

Sebagus apapun prestasi akademismu, jika tidak diimbangi dengan sikap terpuji, maka prestasi itu akan sia-sia.

4. Membantu Mengatasi Kendala Belajar Anak

Cara mengatasi anak yang suka mencontek yang keempat adalah mengatasi kendala belajar anak.

Bisa jadi, anak Anda tidak cocok dengan gaya penjelasan guru pengampunya.

Dan, kebetulan anak Anda tergolong murid yang pasif, sehingga tidak berani mengungkapkan kepada guru bahwa ia kurang memahami materi.

Oleh karena itu, Anda wajib memberikan perhatian tentang perkembangan belajarnya di sekolah.

Banyak orangtua berpikir, setelah anak masuk sekolah, mendidik ya jadi tanggung jawab guru dan sekolah.

Cara berpikir ini membuat orangtua angkat tangan dalam urusan pelajaran sekolah.

Sehingga, anak yang mengalami masalah pada materi tertentu menjadi terabaikan.

Supaya tidak mendapat nilai jeblok, akhirnya anak menggunakan cara instan, yakni menyontek.

Solusinya, kenali kendala belajar anak Anda.

Bantu ia agar mampu mencapai nilai akademis sesuai dengan kemampuanya dan rajin-rajinlah memberikan motivasi.

Untuk mengatasi kendala belajar, Anda bisa memberikan tambahan pelajaran untuk anak.

5. Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak

Cara mengatasi anak yang suka mencontek selanjutnya adalah menumbuhkan kepercayaan dirinya.

Nak, ayah percaya kamu mampu

Ungkapan ini begitu sederhana, tapi mengandung sejuta makna bagi anak.

Seorang anak yang mendapat motivasi dan pujian dari orang yang dihormati, semangatnya akan terasa dipompa.

Anak akan semangat dan mampu menunjukkan performa terbaiknya demi mendapatkan penghormatan dari orangtuanya.



Source link

Komentar