Postingan Unggulan

Plays.Org, Surganya Game Edukasi untuk Anak

Cara Melatih Toilet Training Anak agar Berhasil


cara melatih toilet training anakCara Melatih Toilet Training Anak – Pagi ini saya hampir terjatuh di ruang keluarga. Penyebabnya apalagi kalau bukan pipisnya Riko. Bangun tidur langsung unthul-unthul nyusul saya ke dapur dan currr. Duh, dia pasti senang dan lega banget abis pipis.

Tapi, saya dan bapaknya jadi geram lihat kelakuannya. Udah 3 tahun tapi masih bandel juga kalau pipis nggak mau omong dulu. Suka seenaknya sendiri.

Riko.. stop.. tahan dulu pipisnya. Ayo pipis di kamar mandi, teriak bapaknya sambil berlari menghampiri Riko.

Tentu saja Riko tak menggubris. Dia terlanjur mengeluarkan air seninya di tempat sembari nyengir kegirangan.

Aduh, bagaimana ya cara melatih toilet training anak? Supaya nggak pipis sembarangan.

Orangtua bijak Indonesia, cara melatih toilet training anak memang sangat penting. Ada kemandirian dan tanggung jawab yang Anda ajarkan disana. Oleh karena itu, kami menempatkan tulisan ini dalam kategori kepribadian anak.

Memang tidak ada batasan usia tertentu terkait cara melatih toilet training anak. Semua tergantung pada kesiapan anak secara fisik dan psikis. Di sumber lain mungkin Anda menemukan berbagai syarat kesiapan untuk memulai toilet training.

Namun, Anda bisa mulai mengenalkan anak pada toilet training sejak ia berusia 1 tahun.

Dalam rentang usia 1 sampai dengan 3 tahun, fokus utama anak ada di kandung kemih dan anusnya. Jadi, sangat penting untuk memerhatikan dan membantu mereka mengenal kebutuhan tubuh.

Faktor Pendukung Toilet Training

Faktor pendukung dari toilet training bukanlah syarat-syarat kesiapan yang mutlak harus dimiliki seorang anak sebelum berkenalan dengan toilet training. Melainkan, faktor-faktor yang akan membantu anak belajar Buang Air Kecil dan Buang Air Besar sendiri secara lebih mudah.

Silahkan baca sambil memerhatikan kondisi anak Anda.

Faktor Fisik bisa dilihat dari usianya. Dan, usia terbaik terkait cara melatih toilet training anak adalah 1 tahun. Jadi, selama rentang usia 1 – 3 tahun, Anda bisa terus membantu mereka dalam BAK dan BAB mandiri. Anda juga patut memerhatikan kemampuan jongkok anak.

Apabila anak sudah bisa jongkok dalam waktu kurang dari 2 jam, artinya toilet training akan mudah untuk dipelajari olehnya.

Tidak hanya jongkok, Anda juga perlu melihat kemampuan motorik kasar anak, seperti duduk dan berjalan. Serta kemampuan motorik halus anak, seperti membuka celana dan pakaian.

Oleh karena itu, bantu anak untuk memilih pakaian yang mudah ia lepas. Celana berbahan jeans tidak kami sarankan selama anak masih belajar toilet training. Karena celana jeans menyulitkan anak dalam membukanya.

Faktor Mental bisa Anda perhatikan dari raut muka atau bahasa tubuh anak saat ingin pipis atau ingin BAB.

Hal ini perlu observasi yang berkelanjutan sebelum anak menginjak usia 1 tahun dan selama anak berusia 1 tahun. Dari pengamatan itulah, Anda akan mengetahui bagaimana ekspresi wajah, bahasa tubuh, kata-kata yang diungkapkan anak dan di jam-jam berapa anak ingin pipis atau defekasi.

Apabila anak sudah mampu meniru perilaku orang lain, mulai dari gerakan atau kata-kata sederhana itu juga merupakan faktor menguntungkan yang akan membantu anak mempercepat pelajaran toilet training.

Faktor Psikologis ditunjukkan dengan adanya tingkah laku anak yang terlihat tak nyaman apabila kondisi basah atau benda padat terselip di celananya.

Selain itu, apabila anak terlihat penasaran terhadap kebiasaan orang dewasa dalam BAK dan BAB, berarti faktor pendukung secara psikologis sudah muncul.

Manfaat Toilet Training

Diaper sekali pakai memang sangat membantu. Apalagi jika harus menempuh perjalanan jauh bersama dengan anak.

Sekali memanfaatkannya, Anda terkesima. Dua kali menggunakannya, anak Anda terpesona. Hingga kebiasaan memakai diaper ini memanjakan keduanya, baik Anda dan anak Anda.

Begitu mudah menemukan, memakaikan dan terasa sekali manfaat diaper, hingga Anda lupa bahwa toilet training perlu untuk membentuk kepribadian anak.

Berikut manfaat detilnya untuk Anda.

Membiasakan anak ke kamar mandi untuk Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) sangat berpengaruh terhadap keyakinan anak bahwa ia mampu mengurusi dirinya sendiri tanpa bantuan orangtua.

Karena orangtua tidak bisa setiap saat menemani dan membantu anak. Tugas kita hanyalah mempersiapkan mereka untuk mampu menghadapi setiap masalah.

Memang BAK dan BAB terlihat sepele. Namun, ada pelajaran tentang tanggung jawab terhadap kebutuhan tubuh diri sendiri disana. Itulah poin penting dalam mengenalkan anak dengan Toilet Training.

Pipis sembarangan berarti anak tidak memiliki kontrol yang baik terhadap dirinya. Saat dia merasakan ada tekanan dari kandung kemih atau anusnya, belajarlah untuk memahami isyarat itu.

Kemudian, ajak anak untuk menahan dan berjalan ke kamar mandi.

Jika pola ini terbangun maka, kontrol dirinya berhasil terbentuk dengan sempurna. Bukan tidak mungkin, anak Anda juga akan memiliki pengendalian diri yang baik terhadap hal-hal lainnya.

Secara langsung Anda juga mengajarkan tentang kebersihan diri, menanamkan rasa peduli terhadap lingkungan yang resik serta tenggang rasa kepada orang lain. Karena pipis sembarangan itu mencemari lingkungan dan mengganggu kenyamanan orang lain.

Cara Melatih Toilet Training Anak

Toilet Training harus diajarkan secara bertahap. Anda dan pasangan pun kami sarankan untuk menerapkan sikap telaten dan sabar. Karena hasil dari belajar tidak bisa didapatkan dalam sekali waktu.

Melainkan, membutuhkan proses yang tidak sebentar. Jadi, jangan berharap anak mengalami perubahan sikap dalam waktu yang singkat.

Di Tahap Awal ini, orangtua mulai mengenalkan anak pada konsep toilet training.

Untuk buang air kecil, Anda bisa menyebut pipis, sedangkan buang air besar, bisa disebut pup atau eek.

Istilah ini untuk memudahkan anak dalam menyebutkan keinginannya.

Selanjutnya, kenalkan anak dengan suasana kamar mandi serta toilet. Saat kamar mandi Anda sedang kering, ajak ia untuk mengeksplorasi. Tentu saja, harus di bawah pengawasan Anda.

Saat usia bayi menginjak 6 bulan, mulai perhatikan ekspresi wajah, bahasa tubuh dan kata-kata yang diungkapkan saat anak ingin pipis atau BAB. Selain itu, Anda juga perlu melihat pada jam-jam berapa ia pipis atau defekasi.

Hal ini bisa Anda jadikan tanda atau sinyal untuk segera membawa anak ke kamar mandi guna mengeluarkan hajatnya.

Misalnya, anak terbiasa pipis setelah bangun tidur. Maka, saat anak bangun pagi segera bawa ia ke kamar mandi. Jangan lupa untuk selalu memuji anak dengan mengelus rambutnya, memeluk tubuhnya dan menggunakan pujian verbal sebagai reward atas usahanya.

Baca juga 25 Pertanyaan Anak Seputar Seks dan Cara Menjawabnya

Untuk BAB, Anda bisa mencoba menggunakan toilet duduk anak yang saat ini sudah banyak dijual di pasaran. Ukurannya yang pas untuk proporsi tubuh anak akan membuat mereka merasa nyaman sehingga proses BAB menjadi lebih mudah.

Meskipun begitu, Anda harus tetap memegangi tubuh anak karena mereka belum mampu menjaga keseimbangan tubuhnya.

Saat proses BAB berlangsung, agar anak tetap nyaman dan tidak merasa kesakitan untuk ngeden, ajak mereka bernyanyi atau bercerita.

Supaya anak tidak terlalu asyik dalam bernyanyi dan bercerita hingga menjadi berlama-lama berada di dalam toilet, Anda perlu memainkan ekspresi. Misalnya, saat bercerita atau bernyanyi Anda tambahkan dengan ekspresi ngeden. Ajari anak untuk menirukan ekspresi itu.

Secara tidak langsung ia sudah ngeden dan proses BAB berlangsung dengan menyenangkan. Setelah selesai, akan ada proses membersihkan diri. Perlihatkan pada anak kotoran yang telah ia keluarkan lalu katakan, itu kotoran dan harus dibersihkan. Ayo kita cebok.

Tutup latihan buang air kecil dan buang air besar secara mandiri ini dengan cuci tangan dan kaki bersama.

Akan ada saat-saat dimana anak bosan dan tidak sabar saat duduk menunggu proses BAB. Berbagai cerita dan nyanyian sudah pernah Anda lancarkan, namun tak berhasil membuatnya tenang menunggu.

Hal ini wajar, jadi Anda tidak perlu memaksa. Seiring berjalannya waktu, ia akan menyadari bahwa BAB dan BAK adalah sebuah kebutuhan.



Source link

Komentar