- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Bagaimana menghadapi anak yang suka membantah?
Bagaimana mengatasi anak yang cenderung tidak menggubris saran dan perintah dari orangtua?
Bagaimana caranya supaya anak-anak mau mendengar dan menuruti perintah orangtuanya?
Orangtua bijak Indonesia, bantahan yang diberikan oleh anak kadang membuat kita kesal.
Berbagai nasihat atau saran yang kita berikan adalah bentuk dari rasa sayang dan khawatir apabila mereka bertindak sesuatu yang merugikan masa depannya.
Tapi, anak-anak cenderung semau gue dan tidak mengindahkan pesan kita.
Orangtua bijak Indonesia, benarkah anak yang membantah itu tidak baik?
Benarkah anak yang membantah itu tidak sopan?
Benarkah anak yang membantah itu berarti bantahannya akan berakibat buruk bagi masa depannya?
Jika memang ya, bagaimana menghadapi anak yang suka membantah?
Coba Anda perhatikan ilustrasi berikut.
O: Pagi Pak. Ini kopinya.
D: Taruh di meja.
O: Baik Pak.
D: Eh, tolong ambilin dokumen yang ada di ruang penyimpanan ya?
O: Siap Pak.
D: Dokumennya warna merah. Tolong bawa ke sini sekarang.
O: Iya Pak.
Menurut Anda, posisi di kantor yang selalu mendengarkan dan tidak pernah membantah itu apa?
(O= Office boy dan D= Direktur).
Silahkan cermati ilustrasi kedua yang merupakan percapakan dua orang ibu rumah tangga.
A: Aku sebel nih. Anak cewekku susah banget diaturnya.
B: Susah diatur gimana? Kemarin aku lihat anakmu manis gitu sikapnya.
A: Iya pas kamu lihat. Pas kamu nggak lihat, ampun deh kelakuannya.
B: Emang pas aku nggak lihat kelakukannya gimana?
A: Nggak pernah nurut sama aku ataupun bapaknya. Kerjaannya bantah mulu. Dipikir udah pinter apa dia?
B: Lha, emang belum pinter anakmu?
A: Ya, nggak gitu sih. Cuma aku jadi kesel nasihatin dia mulu. Pegel nih hatiku . . .
B: Eh, kamu tuh harusnya bersyukur punya anak suka bantah
A: Ih kok gitu. Emang apa untungnya?
B: Bayangin kalau anakmu nggak pernah bantah. Selalu nurut sama semua omonganmu.
A: Terus?
B: Kamu tanya dia mau sekolah dimana, dia jawab ‘dimana aja yang penting mama suka’. Kamu tanya, ‘nggak ada pelajaran yang sulit kan?’ Karena takut bantah, dia jawab ‘nggak ada’. Kamu ajak dia makan keluar dan tanya pendapatnya, ‘kita pesan ini gimana kak?’ Dia jawab, ‘iya mah’. Kamu ajak dia belanja baju ke mall, ‘menurut kamu ini bagus nggak kak, cocok kayanya buat kamu’. Dia jawab, ‘iya’. Apapun yang kamu tanyakan ke dia, jawabannya akan selalu senada sama kamu.
A: Kok jadi kaya robot gitu ya.
B: Nah, ngeri kan kalau anak kamu selalu nurut. Kamu nggak akan pernah tahu apa yang jadi kesukaan dia dan akan kesulitan bantu dia untuk buat keputusan. Karena sedari kecil, kamu nggak ngajarin dia untuk bikin keputusan sendiri. Kamu selalu menahan dia untuk omongin uneg-unegnya. Kamu selalu mengondisikan anak untuk selalu nurut sama kamu. Ini baru sama orangtuanya. Bayangin juga kalau di luar dia selalu nurut sama orang lain. Diajakin sama pria ini nurut, diajakin sama pria itu nurut. Jadi bahaya kan?
Dari kedua ilustrasi di atas, Anda sudah melihat sikap membantah dari sudut pandang yang lebih positif.
Bayangkan anak Anda selalu menurut terhadap saran, perintah dan nasihat Anda.
Anda tidak akan mengenal kesukaan anak bahkan akan kesulitan untuk menggali pendapatnya.
Bayangkan lagi jika anak selalu menurut dengan perintah orang lain dan tidak berani membantahnya.
Sekalipun ditindas, ia akan tetap menurut dan diam saja.
Jadi, bersyukurlah jika anak Anda membantah.
Karena itu menunjukkan bahwa ia berani mengungkapkan pendapat dan kebutuhannya.
Hanya saja, ia perlu diarahkan untuk mampu mengungkapkan keinginan, harapan dan kebutuhan secara lebih tepat.
Justru dari bantahan yang ia lontarkan, Anda bisa membantunya mengembangkan konsep keinginan, harapan dan kebutuhan diri sendiri.
1. Hindari Berkata Kasar, Merendahkan dan Mencap Bandel
Yang sering kali terjadi ketika anak membantah, orangtua akan memberikan cap tertentu kepada anak.
– Andi, sudah jam berapa ini? Ayo mandi.
– Bentar mah.
– Bentar bentar mulu dari tadi. Dasar pemalas!
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun.
Cap pemalas ini akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar dan menjadi sesuatu yang ia percayai.
Sehingga, anak akan benar-benar menjadi pemalas.
Sekalipun Anda sedang kesal atau marah terhadap tingkah lakunya, berusahalah untuk selalu berkata positif di depan anak.
Karena ucapan Anda akan membekas dan menjadi sesuatu yang ia percayai.
2. Mengajari Anak tentang Negosiasi
– Andi, sudah dulu nonton TVnya. Belajar dulu.
– Bentar mah.
– Bentar bentar mulu dari tadi. Dasar bandel!
Jika sikap seperti ini terus diulang dan menjadi pola kita dalam berkomunikasi, maka anak akan semakin sering membantah.
Seharusnya, Anda mengajarinya untuk bernegosiasi dengan memberikan pilihan.
– Andi, sudah dulu nonton TVnya. Belajar dulu.
– Bentar mah.
– Lagi nonton acara apa sih? Kayanya seru banget,
– Iya nih mah. Lagi seru-serunya.
– Acara ini selesainya jam berapa?
– Bentar lagi selesai kok mah.
Jika Anda ingin anak belajar 15 menit lagi, maka berikan ia pilihan seperti berikut.
– Ok. Mama kasih waktu buat kamu. Mau belajar 5 menit lagi atau 10 menit lagi?
Pilihan yang Anda berikan adalah bentuk dari toleransi Anda terhadap keinginannya.
Jika Anda meminta anak untuk mengerjakan sesuatu saat itu juga tanpa mengindahkan kondisinya, jelas dia akan membantah.
Apabila anak Anda memilih 10 menit lagi, maka beruntunglah Anda.
Namun, jika anak meminta waktu hingga 15 menit, juga tak jadi masalah.
Karena itu waktu yang Anda inginkan, bukan?
Ketika anak membantah dan Anda bersikap marah atau semakin melarangnya, anak mungkin akan menuruti permintaan Anda.
Tapi, ia menuruti Anda dengan sikap kesal pula, seperti membanting remote TV atau belajar dengan perasaan cemberut dan tidak ikhlas.
Baca juga, Cara Mengatasi Anak Temperamen
Kalau sudah begitu ilmu yang ia pelajari justru tidak akan masuk ke otaknya, kan?
Bagaimana menghadapi anak yang suka membantah, meskipun sudah dikasih pilihan seperti di atas?
Setelah Anda menunggu selama 15 menit dan anak masih nongkrong di depan TV, maka tunjukkan ketegasan Anda.
Misalnya dengan berkata, Andi, sudah 15 menit. Ayo matikan TVnya atau besok tidak boleh nonton acara itu lagi.
Konsistenlah dengan apa yang Anda katakan.
Jika anak masih belum mematikan TVnya, maka di esok hari Anda tidak perlu berkata apapun.
Langsung saja matikan TVnya.
Anda mungkin akan merasa iba, Kasihan Andi. Kok aku ngelarang dia nonton acara kesukaannya. Ya udahlah nggak apa-apa, toh kemarin dia cuma ngelanggar 5 menit.
Silahkan pelihara rasa iba Anda, maka jangan tanya jika anak akan semakin sulit dikontrol.
Dia akan selalu berpikir bahwa, tidak apa-apa molor sedikit, mama kan pemaaf.
Artinya, inconsistent menumbuhkan sikap tidak disiplin pada anak.
Belajarlah untuk tegas dan konsisten dalam bagaimana menghadapi anak yang suka membantah.
Awalnya, memang terasa sulit dan tak tega terhadap anak, tapi lama-kelamaan Anda akan terbiasa dengan cara konsekuensi.
Begitu pun dengan anak.
3. Perhatikan Pola Komunikasi Anda
Bagaimana menghadapi anak yang suka membantah memang tidak mudah.
Banyak orangtua menganggap anak yang suka bantah itu tidak sopan, salah dan buruk.
Sehingga, yang paling sering orangtua lakukan adalah memarahi dan melarang anak untuk membantah.
Seolah-olah, bantahan tersebut adalah kesalahan anak semata.
Padahal, dengan adanya bantahan, seharusnya orangtua bisa melakukan evaluasi terhadap pola komunikasi dengan anak.
Apakah selama ini Anda sudah meluangkan waktu terbaik untuk mendengarkan anak?
Alih-alih menemani mereka secara fisik, ternyata pikiran dan jiwa Anda berada di tempat lain.
Apakah Anda sering melibatkan anak untuk berkomunikasi aktif?
Atau jangan-jangan Anda sering memintanya untuk diam karena berisik?
Apakah Anda sudah belajar menstimulasi rasa ingin tahunya dengan menanyakan pendapat anak tentang sesuatu?
Atau jangan-jangan Anda melarangnya untuk bicara karena dia masih kecil dan belum mengerti?
Jadi, Anda juga perlu untuk belajar membangun komunikasi efektif dengan anak.
Orangtua bijak Indonesia, bantahan itu muncul karena adanya perbedaan pendapat antara orangtua dan anak.
Orangtua cenderung memaksa keinginannya terhadap anak, sedangkan anak tidak mau menerima begitu saja keputusan orangtua.
Bukankah bagus jika anak berani memperjuangkan keinginan dan harapannya?
Untuk bisa menjawab pertanyaan bagaimana menghadapi anak yang suka membantah, Anda perlu membantunya dalam mengungkapkan keinginan, harapan dan kebutuhan dengan lebih baik.
Komentar
Posting Komentar