- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Mekka yang sedari tadi asyik bermain sendiri di sudut rumah tiba-tiba marah dan memukul-mukulkan bonekanya ke lantai.
Boneka dengan rambut pirang dan kulit putih nan pucat itu biasanya mampu bernyanyi dan berjoget apabila tombol on di punggungnya ditekan.
Tapi, kali ini berbeda.
Boneka favorit hadiah dari ayahnya itu tidak mau nyanyi dan joget.
Dia tetap diam tak berkutik.
Karena kesal dan tak tahu kenapa boneka itu tak merespon,
Mekka yang masih berusia 3 tahun kemudian membanting bonekanya ke lantai.
Ia berteriak untuk mengungkapkan kekesalannya.
Berkali-kali ia ngomel tak jelas, merengek dan akhirnya menangis.
Jangan dibanting dong bonekanya, nanti rusak! Itu kan boneka mahal.
Mekka semakin marah.
Ia tak menggubris perintah dari ibunya.
Justru, ia semakin kencang melampiaskan kemarahannya pada boneka tersebut.
Akhirnya, tangisan itu berubah menjadi raungan.
Karena tak tahan dengan tangisan dan emosi anaknya yang meledak-ledak, ibunya turun tangan dan mencoba untuk menenangkan anaknya.
Orangtua bijak Indonesia . .
Apakah Anda sering mengalami kasus seperti di atas dan sedang mencari jawaban bagaimana mengatasi anak tempramen seperti Mekka?
Jika ya, maka Anda sedang berada di tempat yang tepat.
Karena kami akan membagikan fakta tentang anak temperamen dan bagaimana menangani mereka.
Penyebab Anak Menjadi Temperamen
Seringkali kita dibuat bingung dan marah dengan sikap anak.
Kenapa anak kita sulit mengontrol emosi, jika keinginannya tak segera dituruti, ia akan rewel, marah dan menangis.
Orangtua bijak Indonesia, ketika anak menjadi temperamen sesungguhnya bukan karena ia nakal atau bandel seperti perikaraan kita.
Kemarahan dan rasa frustasi anak itu muncul karena ia belum menemukan cara yang tepat dalam mengungkapkan masalah yang mengganggunya.
Oleh karena itu, ketika kita menghadapi kasus seperti Mekka dan bonekanya, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengkonfirmasi apa yang sebernarnya terjadi atau mencari tahu penyebab kemarahan anak kita.
Sudah berapa kali kita menunjukkan sikap seperti ibunya Mekka?
Bukannya bertanya terlebih dahulu apa yang terjadi terhadap anaknya, justru kita langsung menghardik anak yang mengesankan bahwa anak tidak bisa memperlakukan mainannya dengan baik.
Untuk bisa menemukan cara bagaimana mengatasi anak tempramen, kita harus mencari tahu hal apa yang mengganggu anak.
Karena dari situ, kita akan lebih mudah dalam menentukan sikap yang tepat untuk menangani mereka.
Terdapat beberapa alasan yang membuat anak menjadi temperamen. Berikut adalah penjelasan detilnya.
1. Orangtua Tidak Menepati Janji
Meskipun sepele, anak akan selalu mengingat apa yang pernah Anda ucapkan kepadanya.
Misalnya, seorang anak menangis karena akan ditinggal ibunya berangkat kerja.
Anda semakin gelisah lantaran waktu menunjukkan pukul 07.45 WIB.
Maka, Anda menggunakan cara pintas dengan membohongi anak bahwa Anda keluar sebentar untuk beli mainan dan akan segera pulang.
Well, Anda tidak mengajari anak bagaimana mengelola emosi, justru Anda mengajarinya tentang ‘kebohongan kecil itu tak masalah’.
Ketika Anda meninggalkannya mungkin tangisannya sedikit mereda, tapi jangan tanya apabila esok hari tangisannya akan lebih kencang dari kemarin.
2. Cemburu terhadap Saudaranya
Sebelum kedatangan adiknya, anak pertama Anda begitu manis menempel kepada Anda.
Namun, setelah Anda memprioritaskan anak kedua, caranya menempel kepada Anda tidak terlihat manis.
Ia mencari perhatian dengan cara marah atau menangis untuk meminta pelayanan lebih dari orangtuanya.
3. Cemburu terhadap Aktivitas Orangtua
Selain cemburu kepada saudaranya yang lebih diperhatikan, anak juga bisa cemburu dengan sinetron yang selalu Anda tonton tiap malam.
Atau cemburu terhadap laptop dan smartphone Anda yang sepertinya lebih menarik.
Berapa banyak orangtua yang menemani anak secara fisik, tapi jiwa dan pikirannya tidak hadir bersama di sana?
Bayangkan jika pasangan Anda mengajak makan malam di cafe dengan spot yang indah, tapi dia sibuk chatting dengan teman kantor.
Rasanya sakit, bukan?
Itu juga dirasakan anak-anak kita. Anda bisa menegur atau menyindir pasangan.
Tapi, anak kita belum bisa mengungkapkan keinginannya dengan mudah.
Mungkin karena ia belum tahu caranya atau mungkin juga karena takut dengan orangtuanya.
4. Dipaksa Melakukan Sesuatu
Saat anak terus dipaksa melakukan sesuatu yang tidak disukainya, maka hal ini juga turut menyumbang sikap temperamen dalam dirinya.
Untuk menghindari hal ini, sebaiknya berdiskusilah terlebih dahulu dengan anak.
Apa yang harus anak kerjakan dan apa manfaatnya untuk mereka.
Karena anak cenderung semangat apabila mengetahui apa yang akan dia dapatkan setelah melakukan sesuatu.
Setelah itu, tanyakan juga apakah ia suka melakukan kegiatan tersebut atau tidak.
Jika tidak, tanyakan alasannya.
Selanjutnya, bernegosiasilah dengan anak hingga muncul kesepakatan yang menguntungkan orangtua dan anak.
5. Sesuatu yang Tak Sesuai dengan Harapannya
Coba perhatikan kembali kasus Mekka dan bonekanya di atas.
Ia marah, kesal dan kecewa terhadap bonekanya yang tidak bekerja seperti biasa.
Karena baru berusia 3 tahun, ia mungkin tidak tahu bahwa boneka itu menggunakan sumber daya batu baterai yang bisa habis sewaktu-waktu.
Boneka yang tidak merespon adalah hal yang tidak sesuai dengan harapan Mekka.
Karena belum mampu mengungkapkan sesuatu yang mengganggunya, maka ia gunakan cara marah, menangis dan memukul-mukulkan bonekanya ke lantai.
Bagaimana Mengatasi Anak Tempramen
Mencari tahu penyebab kemarahan, kekesalan dan kekecewaan anak.
Itulah hal pertama yang harus Anda lakukan.
Anda bisa bertanya kepada anak secara langsung seperti, Kakak lagi sebal ya? atau Kakak lagi marah ya?
Dekati ia, sentuh tangannya atau peluk tubuhnya, kemudian bertanyalah apa yang terjadi.
Tanyakan pada anak, apa yang membuatnya terganggu.
Jika anak belum bisa berbicara, Anda bisa mencari tahu sendiri dengan cara memperhatikan bahasa tubuhnya.
Untuk bisa memahami bahasa tubuh anak, silahkan baca artikelnya di sini.
Setelah penyebab itu Anda kantongi, langkah selanjutnya untuk mengetahui cara bagaimana mengatasi anak tempramen bisa Anda perhatikan detil di bawah ini.
Langkah 1: Stay Calm and Stay Cool
Bagaimana mengatasi anak tempramen yang pertama adalah tetap tenang.
Api akan padam jika Anda menyiramnya dengan air.
Jika Anda berlaku seperti api yang berkobar-kobar, justru api kecil akan ikut membesar.
Orangtua bijak Indonesia, kebanyakan dari kita sering tersulut emosinya jika melihat anak berulah.
Apalagi jika tidak berhasil menenangkannya, justru kita akan berteriak.
Bisa diam nggak? Kalau nggak bisa, mama tinggal di rumah sendirian!
Ingat!
Jangan menyerah pada emosi Anda.
Meluapkan kemarahan dengan berteriak kepada anak, sama dengan Anda mencontohkan bahwa perilaku seperti ini memang diperbolehkan. Jadi, tidak masalah jika aku bertindak seperti ini.
Baca juga, Cara Tepat Menolak Permintaan Anak
Pikiran semacam itulah yang akan merasuk ke dalam jiwa anak.
Tunjukkan kepada anak bahwa keinginan, perhatian dan harapannya tidak bisa didapatkan dengan cara kemarahan.
Melainkan, harus dibicarakan dengan tenang dan berdiskusi bersama orangtua.
Untuk bisa mengontrol temperamen anak, orangtua harus bisa mengontrol emosinya sendiri.
Kuncinya ada di situ.
Jika Anda tidak mampu mengontrol emosi sendiri, maka anak akan terus berlaku temperamen jika ada hal yang mengganggunya.
Langkah 2: Berbicara dengan Kalimat Positif
Ketika mengatasi anak temperamen, gunakanlah kalimat positif.
Hindari untuk mengumpat, memberikan cap bandel atau merendahkannya.
Sebagai contoh, anak menangis dan marah karena mainannya rusak.
Kemudian Anda datang dan berkata, Gitu aja nangis! Dasar cengeng.
Orangtua bijak Indonesia, orang dewasa pun tidak suka jika kemampuannya direndahkan oleh orang lain.
Begitu juga dengan anak-anak kita.
Maka, hargailah mereka dengan selalu meresponnya menggunakan kalimat positif seperti, mainannya rusak ya? Kalau dibanting seperti itu nanti tambah rusak. Ayo kita perbaiki sama-sama, ayah yakin kamu bisa.
Langkah 3: Terapkan Trik Waktumu Sudah Habis, Nak!
Anak yang terlanjur menangis, marah dan meluapkan emosinya secara berlebihan memang sulit untuk dikontrol.
Jika Anda menjelaskan berbagai alasan di tengah badai tangisannya, hal itu tidak akan berhasil membuatnya tenang.
Sebaliknya, berikan ia kesempatan untuk mengekspresikan emosinya dalam waktu tertentu.
Katakan padanya, Kamu pasti kesal karena ayah tidak mengijinkanmu beli mainan lagi. Silahkan, kamu boleh menangis tapi ayah akan hitung sampai 10. Setelah angka 10, kamu sudah harus bisa mengontrol emosi.
Dengan struktur kalimat seperti ini, Anda menunjukkan bahwa Anda berempati terhadap apa yang dirasakan oleh anak.
Anda pun bersedia memberikan waktu untuk meluapkan emosinya, bukannya langsung meminta mereka untuk tenang.
Setelah mencapai hitungan ke 8, jangan lupa untuk memperingatkan anak Anda bahwa waktunya untuk menangis hampir habis.
Langkah 4: Hindari untuk Menasihatinya
Nasihat itu tidak cocok terkait bagaimana mengatasi anak tempramen.
Nasihat yang Anda lontarkan saat kemarahan anak berada di klimaks, tidak akan ia terima dengan baik.
Mereka akan semakin kesal karena Anda tidak memahami harapannya.
Setelah mampu untuk tenang, bawa ia ke tempat yang nyaman dan aman.
Kemudian, jelaskan kepadanya bahwa Anda akan bicara dengannya pada jam sekian.
Janji untuk berbicara dalam keadaan lebih tenang harus Anda lakukan hari itu juga.
Jangan menunggu lebih lama untuk meresponnya.
Karena dalam keadaan seperti ini, satu jam akan terasa seperti satu bulan bagi anak.
Jika Temperamen Bertahan Selagi Anak Tumbuh Dewasa
Beda karakter anak atau beda kasusnya, beda pula penanganannya.
Beberapa contoh sikap di atas bisa Anda gunakan sebagai acuan.
Apabila Anda telah mencoba beberapa hal positif yang terbukti berhasil dilakukan oleh orangtua lain, namun tidak berlaku untuk anak Anda, maka Anda bisa mempertimbangkan untuk meminta bantuan dari terapis atau konsultan keluarga.
Terapis atau konsultan keluarga ini akan membantu Anda menganalisa faktor-faktor yang mengakibatkan anak sulit untuk mengontrol emosinya.
Dan, mereka juga akan membantu anak Anda untuk berkomunikasi secara lebih efektif.
Setiap kondisi emosi tertentu pasti memiliki pemicu atau penyebab.
Dan, penyebab itu terkadang muncul di masa lalu.
Karena tidak mendapatkan penanganan atau respon tepat saat itu juga, emosi tersebut menumpuk hingga terekspresikan dengan cara yang kurang layak.
Orangtua bijak Indonesia, jawaban dari pertanyaan bagaimana mengatasi anak tempramen sudah kami ulas dengan detil.
Sebagai orangtua yang mengasihi anaknya, tentu saja kita akan pergunakan segala cara positif untuk membentuk tingkah laku anak sesuai dengan harapan kita.
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar