- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Apakah melatih emosi anak itu penting? Jika memang ya, apa manfaatnya? Lalu, bagaimana cara melatih emosi anak dengan tepat.
Pertanyaan tersebut akan kami jawab satu per satu, sehingga Anda bisa mengambil sisi positifnya dan menerapkan dalam proses pengasuhan Anda.
Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang lebih dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya. Kecerdasan IQ atau yang sering dianggap sebagai kecerdasan akademik berkontribusi sebesar 20%. Sedangkan, sisanya sebanyak 80% dipegang oleh kecerdasan emosi.
Inilah alasan kenapa banyak teman-teman kita yang dikenal pintar dan selalu masuk rangking 10 besar sewaktu sekolah, ternyata memiliki karir yang biasa saja setelah dewasa.
Orang yang berIQ tinggi tapi kurang pandai mengelola emosi, seperti mudah marah dan terlalu sensitif, akan sulit dalam mencari solusi untuk masalah yang dihadapinya.
Ia cenderung mudah sedih dan kecewa, sehingga solusi yang sebenarnya sudah ada di depan mata, malah lewat begitu saja karena ia terlalu larut dalam kesedihan alias kurang pandai dalam menata emosinya.
Pengelolaan emosi yang kurang, bisa menjadikan seseorang begitu semangat dalam menyetujui sesuatu. Tapi, dalam waktu singkat semangat itu bisa down sehingga menggagalkan kerjasama yang sudah dibuat.
Seseorang dengan IQ yang biasa saja, tetapi jago dalam menyeimbangkan emosinya akan lebih mudah mencapai kesuksesan dalam belajar dan bekerja.
Karena keseimbangan emosi berguna untuk memperkuat diri dan mengubah situasi kehidupan yang tidak menyenangkan menjadi sesuatu yang wajar untuk dihadapi.
Jadi, kecerdasan emosi bukan lagi menjadi kecerdasan yang bisa diabaikan. Justru, ialah kecerdasan utama yang harus Anda ajarkan kepada anak-anak.
Selanjutnya, kami ingin Anda berkaca terlebih dahulu. Di bawah ini terdapat empat jenis tipe orangtua dalam menyikapi emosi anak. Jika Anda tergolong dalam tipe yang selama ini masih mengabaikan emosi anak, maka Anda perlu untuk belajar lebih banyak.
Atau jika Anda tergolong dalam tipe yang selama ini sudah memerhatikan emosi anak, maka Anda perlu mempertahankan hal itu.
1. Mengabaikan
Tipe pertama ini meremehkan emosi-emosi negatif anak. Dampaknya anak akan bingung terhadap perasaannya sendiri. Ini salah atau benar sih aku nggak ngerti. Kurang lebih seperti itu yang anak rasakan.
Selain itu, mereka juga akan kesulitan dalam menata emosinya karena tidak mendapatkan arahan tepat dari orangtua.
2. Menolak
Tipe kedua ini begitu kritis terhadap emosi negatif anak. Dampaknya anak akan kesulitan dalam mengungkapkan emosinya. Bahkan, seringkali anak merasa tidak dipahami oleh orangtuanya.
3. Laizees
Tipe ketiga ini lebih baik daripada tipe pertama dan kedua karena orangtua laizees menerima emosi anak. Sayangnya, mereka tidak mengarahkan dan tidak juga memberi batas-batas untuk tiap tingkah laku anak. Dampaknya anak masih bingung dalam mengelola emosinya.
4. Pembimbing Emosi
Ketika orangtua melihat emosi negatif dari anaknya, ia menganggap itu sebagai kesempatan untuk mengenal anaknya secara lebih dekat. Orangtua jenis ini tidak hanya berempati terhadap emosi anaknya seperti tipe laizees. Melainkan, tergerak untuk membimbing anak-anak dalam mengelola emosi.
Sehingga, anak-anak menjadi paham terhadap rasa kecewa, marah, kesal, sedih, bahagia, semangat dan mampu menggerakan rasa-rasa itu untuk mengatasi masalahnya.
Orangtua bijak Indonesia, berada di tipe berapakah Anda saat ini? Semoga saja di tipe Pembimbing Emosi ya. Apabila belum, tidak masalah karena kami akan mengajari Anda bagaimana mengenalkan dan cara melatih emosi anak sejak dini.
Prinsip Melatih Emosi Anak
1. Menyadari Emosi Anak
Sebelum membaca tips atau cara melatih emosi anak, terlebih dahulu cobalah untuk mengenali emosi Anda sendiri. Setiap kali melakukan sesuatu yang menyenangkan, menonton drama tv favorit, mendengarkan ucapan orang lain yang menyebalkan, diperintah rekan kerja yang tak Anda sukai, perhatikan emosi-emosi negatif dan positif tersebut.
Coba juga untuk mengelola emosi tersebut dengan tepat. Misalnya, ketika Anda sedang dalam mood yang baik, manfaatkan untuk mengerjakan sesuatu saat itu juga.
Karena mood yang baik mendorong Anda bekerja lebih cepat dengan kualitas yang baik. Contoh lain, ketika Anda sedang kesal dengan seseorang, cobalah untuk menenangkan diri agar kekesalan itu tidak mengganggu aktivitas Anda.
Dengan cara seperti ini, Anda akan menjadi lebih peka terhadap emosi anak. Anda akan lebih mudah mengidentifikasi emosi mereka dan membantunya mengelola emosi tersebut.
2. Mengakui Emosi Anak
Hampir sama dengan prinsip pertama, Anda harus terus belajar untuk menjadi orangtua yang peka terhadap perasaan-perasaan yang ditunjukkan oleh anak. Kemudian, menerima emosi anak baik yang negatif atau positif.
Kadang orangtua merasa jengkel jika anak-anak memperlihatkan emosi negatif. Bahkan, kejengkelan itu berubah menjadi marah yang berlebihan. Hal ini di masa depan akan membuat anak takut untuk memperlihatkan emosinya.
Seharusnya, Anda menerima emosi anak dan memanfaatkannya sebagai sarana untuk membangun kedekatan.
3. Mendengarkan Emosi Anak
Jangan hanya mendengarkan dengan telinga apa yang dikatakan anak. Lakukan kontak mata untuk melihat ke dalam hatinya dan perhatikan bahasa tubuhnya untuk menemukan petunjuk dari fisiknya.
Karena bahasa tubuh itu berkata lebih keras dan lebih jujur ketimbang kata-kata yang keluar dari mulut anak.
Baca juga, Memahami Bahasa Tubuh Anak.
4. Membantu Anak Mengenal Emosi
Ada banyak sekali nama emosi yang perlu dikenal oleh anak-anak. Misalnya, tegang, cemas, khawatir, sakit hati, sedih, marah, takut, kesal, kecewa, gembira, bahagia, senang, semangat dan lain-lain.
Untuk membuatnya mengerti terhadap nama-nama emosi, Anda tidak bisa menjelaskan melalui kata-kata, seperti, sedih adalah, marah adalah, gembira adalah dan sebagainya.
Hal ini justru akan membuat anak bingung, apalagi jika Anda tidak melakukannya secara bertahap.
Cara paling mudah untuk mengajari anak-anak adalah langsung bertanya saat anak mengalami emosi tersebut. Misalnya, ketika anak menangis karena ditinggal ayah bekerja, Anda bisa katakan padanya, sedih ya dik ditinggal ayah?
Contoh lain, ketika anak marah karena mainannya dipakai kakak, katakan padanya, adik marah ya karena kakak pinjam mainan nggak ijin dulu?
Satu contoh lagi, ketika anak cemberut dan kesal, Anda bisa bertanya, kenapa cemburut kak? Kesal ya karena ayah melarang kamu main? Dan sebagainya.
5. Membantu Anak Mengelola Emosi
Baru di tahap inilah Anda bisa membantu anak untuk mengelola emosi negatif agar tidak mengganggu aktivitasnya secara berlebihan. Atau memanfaatkan emosi positif untuk bisa lebih produktif dalam belajar.
Cara Melatih Emosi Anak
1. Menggambar Perasaan
Cara lain untuk mengenalkan anak pada jenis-jenis emosi adalah mengajaknya untuk menggambar perasaan. Sediakanlah kertas gambar dan pensil warna atau crayon.
Ambil crayon warna merah untuk menggambarkan perasaan semangat. Warna hitam untuk menggambarkan kesedihan. Warna biru untuk menggambarkan perasaan tenang dan nyaman. Warna kuning untuk melukiskan kebahagiaan atau kegembiraan dan lain-lain.
2. Mengajarkan Kontrol Diri
Cara melatih emosi anak yang kedua adalah tentang kontrol diri.
Apakah Anda menganggap anak-anak sulit untuk diajak bernegosiasi? Pernyataan itu tepat jika Anda membiasakan diri menolong dan memenuhi permintaannya seketika.
Tapi, jika sejak dini Anda mengajarkan kontrol diri, maka bernegosiasi dengan anak adalah hal yang amat mudah. Misalnya, anak menangis karena ingin mendapatkan sesuatu saat itu juga.
Jangan wujudkan permintaannya sebelum ia berhenti menangis dan mengatakannya dengan tenang nan pelan kepada Anda.
Anak harus belajar bersabar karena tidak semua keinginannya bisa terpenuhi seketika.
Contoh lain ketika Anda ingin mengajak anak ke mall. Sebelum berangkat, tegaskan padanya bahwa tujuannya adalah hanya untuk berbelanja kebutuhan rumah. Tidak lebih.
Apabila di mall ia menangis dan minta dibelikan mainan, ingatkan kembali tujuan kalian. Jika masih menangis dan berteriak-teriak, jangan panik atau malu. Segera bawa ia pulang ke rumah meskipun Anda belum selesai berbelanja.
3. Mengajarkan Motivasi Diri
Semua orangtua pasti ingin melihat anaknya tangguh dalam menghadapi setiap cobaan. Tidak mudah merengek manja apalagi lari terbirit-birit minta bantuan orangtua.
Untuk itu, sejak usia 1 tahun Anda bisa mengajarkan anak bagaimana memotivasi diri sendiri. Saat anak masih belajar berjalan dan terjatuh, katakan padanya, ayo nak bangun lagi. Kamu bisa!
Hindari untuk segera menolong. Karena pola ini membuat anak merasa Anda akan selalu ada untuk menolongnya. Selain itu, untuk menghindarkan anak dari menggantungkan hidupnya kepada Anda, ajarkan pula tentang tanggung jawab.
Pola asuh yang selalu melayani kebutuhan anak tidak akan membuatnya paham tentang konsep tanggung jawab terhadap diri sendiri. Ia akan mudah menyerah atas masalah yang dialami.
Sekecil apapun masalah yang ia hadapi, hindari untuk menolong mereka dengan cuma-cuma
4. Menunjukkan Contoh Nyata
Cara melatih emosi anak yang terbaik adalah dengan menunjukkan contoh nyata melalui perilaku Anda dan orang-orang di sekitar.
Ketika Anda sedang kesal terhadap seseorang, Anda tidak perlu menutupi hal ini di depan anak-anak. Katakan saja sejujurnya, nak ibu lagi kesal. Tapi, ibu berusaha untuk tenang dan nggak marah di depan kamu.
Tunjukkan juga kekesalan Anda melalui mimik wajah dan bahasa tubuh.
Untuk mengajarkan rasa belas kasih kepada anak, Anda bisa mencoba memelihara hewan lucu di rumah, seperti hamster atau kucing. Biasanya anak-anak suka dan ingin mengelus-elus hewan semacam ini.
Namun, banyak diantara mereka yang belum bisa mengungkapkan rasa suka dengan layak. Alih-alih mengelus, ia kemudian menjadi gemas dan memukul hewan piaraannya.
Ketika itu terjadi, katakan pada anak, kalau dipukul seperti itu nanti hamsternya sakit terus nangis. Coba sini kamu mama elus kepalanya. Gimana? Enak kan? Ayo, coba hasmternya dielus juga.
Pola kalimat itu mengajarkan anak bagaimana cara mengungkapkan rasa sayang dan empati dengan benar.
Jika Anda merasa risih dengan hewan piaraan, tidak masalah. Jangan terlalu memaksa. Anda tetap bisa mengajarkan rasa belas kasih dan empati melalui tindakan nyata dari orang-orang di sekitar atau melalui media gambar, buku dan film.
Bagaimana, sudah merasa percaya diri setelah membaca tips cara melatih emosi anak?
Kami harap tulisan ini mampu membantu Anda mengenalkan dan mengajarkan anak tentang pengelolaan emosi yang berperan besar dalam kesuksesannya menghadapi setiap masalah.
Komentar
Posting Komentar